Minggu, 06 Mei 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kinesiology adalah ilmu yang mempelajari gerak atau the science human movementyang diaplikasikan dan menjelaskan tentang gerak tubuh manusia kemudian ilmu ini dapat diaplikasikan terhadap prinsip-prinsip mekanik dalam gerak manusia yang disebut biomekanika atau biomekanik kinesiology sedangkan aplikasi anatomi dalam gerak manusia disebut anatomi kinesiology.
Pendidikan jasmani yang berorientasi pada developmental education mengarahkan kegiatan anak melalui pemenuhan kebutuhan keterampilan pada diri anak. Disamakan dengan tahap perkembangan fisik dan mentalnya, setiap kelompok anak diarahkan pada keterampilan gerak yang dibutuhkan anak. Misalnya, bagi anak usia dibawah lima tahun, perlu dikembangkan kemampuan pengaturan tubuhnya dan bagi anak usia diatasnya perlu dikembangkan keterampilan dasarnya. Sementara bagi anak yang lebih dewasa diarahkan pada keterampilan-keterampilan khususnya, seperti yang dikembangkan dalam cabang-cabang olah raga tertentu.
Keterampilan yang terspesialisasi adalah keterampilan yang digunakan dalam cabangolahraga dan wilayah pendidikan jasmani lainnya. Keterampilan ini meliputi kegiatan dengan peralatan (misalnya senam alat), gerakan-gerakan akrobatik, tari-tarian, serta permainan khusus atau tempat seperti sepak bola, bola voli, bola basket dan lain-lain.
Untuk kemudahan pembahasannya, dalam modul ini keterampilan dasar dibagi dalam tiga bagian.
a.    Keterampilan lokomotor
b.    Keterampilan non-lokomotor
c.    Keterampilan manipulatif
B.    Tujuan
Menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman kognitif tentang bagaimana dan mengapa suatu keterampilan gerak berlangsung demikian.
C.    Ruang Lingkup
Berdasarkan pola pertumbuhan perkembangan anak serta berbagai karakteristik :
1.    Kemampuan pengelolaan tubuh
2.    Keterampilan-keterampilan dasar
3.    Keterampilan-keterampilan khusus yang terspesialisasi

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalnya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar secara efektif.
Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan prosespembelajaran penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi(information processing theory) diungkap bahwa idealnya pembelajaran gerak adalah sebuah proses pengambilan keputusan, yang secara hirarkis akan selalu melalui tiga tahapan yang tetap, yaitu tahap mengidentifikasi stimulus tahap memilih respons, dan tahap memprogram respons. Jika pada proses pembelajaran siswa diberi kesempatan dan didorong untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan pengambilan keputusannya, maka secara pasti kemampuannya tersebut terlatih, karena masing-masing perangkat yang berhubungan dengan ketiga tahapan pengambilan keputusan itupun kemampuannya semakin meningkat pula.
Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah, maka pembelajaran penjas yang baik tidak cuKup hanya dengan memberikan perintah dan tugas-tugas gerak semata (misalnya dengan instruksi yang klasik seperti, “… ketika kamu menerima bola, kamu lari ke arah sana, lalu kamu lempar boja itu ke si A dan kamu kembali ke sini”), melainkan harus pula dibarengi dengan upaya memberikan kesempatan pada mereka untuk menganalisis situasi dan berikan kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri (misalnya: “… baik, ketika posisi lapangan ketat dan karnu dijaga terus oleh lawan. kira-kira kemanakah kamu harus melempar bola? Coba kita praktekkan, apakah keputusanmu sudah tepat atau tidak?”.
Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi. Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas di antaranya adalah kepemimpinan, karakter moral, dan daya juang.
Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainnya, termasuk sekelompok orang dengan kelompok lainnya. Di sisi lain, sosiologi berhubungan juga dengan ilmu yang menaruh perhatian pada lembaga-lembaga sosial seperti agama, keluarga, pemerintah, pendidikan, dan rekreasi. Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang berkepentingan dalam mengembangkan struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang dicirikan oleh adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial.
Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjas sesungguhnya adalah seorang sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-prinsip umum sosiologi, agar mampu memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui penjas. Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang mengerti sosiologi dalam konteks kependidikan akan mampu mengembangkan minimal tiga fungsi. (1) pengaruh pendidikan pada institusi sosial dan pengaruh kehidupan kelompok pada individu, seperti bagaimana sekolah berpengaruh kepribadian atau perilaku individu; (2) hubungan manusia yang beroperasi di sekolah yang melibatkan siswa, orang tua, dan guru dan bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu; dan (3) hubungan sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat, misalnya pengaruh dari pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.

B.    Asas Pengembangan dan Penetapan Sasaran Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan karakteristik anak-anak dari berbagai usia. Dilihat dari tahapan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya terlibat 3 tahapan, yaitu:
a.    tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal (antara usisa 5-7 tahun)
b.    tahapan masa kanak-kanak akhir (middle childhood) dan
c.    tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia 10 tahun)
Demikian juga dalam perkembangan motorik dan keterampilan. Anak-anak usia SD mengalami masa-masa perkembangan motorik dan keterampilan yang berbeda-beda. Pada usia-usia 5-8 tahun, anak mulai berurusan dengan kemampuan pengelolaan tubuhnya dan keterampilan dasar seperti keterampilan berpindah tempat (locomotor), gerak statis di tempat (non-locomotor) dan gerak memakai anggota badan (manipulative).
Pada usia di atasnya, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai keterampilan manipulatif lanjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa cabang olahraga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai dilaksanakan di kelas-kelas akhir SD, misalnya senam, loncat indah, dan renang.
Karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan keterampilan anak, ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Hal ini tidak bisa dibuat begitu saja, sebab perlu diolah sebaik-baiknya dengan pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut meliputi (1) dasar-dasar pengembangan program, (2) pola pertumbuhan dan perkembangan anak, (3) dorongan dasar anak-anak, dan (4) karakteristik serta minat anak.
Gerakan merupakan dasar bagi pendidikan jasmani. Mutu program penjas dapat dinilai berdasarkan mutu pengalaman gerakan yang dialami oleh anak-anak. Pendidikan jasmani memang terdiri atas kegiatan fisik yang harus dilakukan secara aktif. Anak-anak tidak akan dapat mengambil manfaat hanya dari berbaris, menuggu datangnya alat-alat atau mendengarkan penjelasan guru yang panjang. Pendidikan jasmani harus menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak-anak untuk menimba pengalaman gerak.
Pembelajaran harus terjadi melampaui kepentingan sesaat topi harus menawarkan keterampilan yang berguna untuk seumur hidup. Dalam masyarakat modern dewasa ini, pemeliharaan kebugaran jasmani dan kesehatan dipandang sebagai kebutuhan utama. Dengan demikian pendidikan jasmani harus memberikan program yang cukup dinamis agar mampu mengembangkan kebugaran jasmani peserta didik. Kebugaran merupakan dasar untuk pencapaian keterampilan gerak. Pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan anak dan beban latihannya disesuaikan dengan kesangupan setiap siswa.

C.    Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1.    Perkembangan kearah memanjang (Cephalocaudal) dan kearah tepi (Proximodistal).
2.    Gerak kasar dan gerak halus
3.    Bilateral ke unilateral
4.    Diferensiasi dan Integrasi
5.    Filogenetik dan Ontogenetik
Dorongan Pasar Anak-Anak
Dorongan dasar adalah suatu keinginan untuk melakukan dan menghasilkan sesuatu. Semua anak memiliki perasaan seperti ini yang kemungkinan besar merupakan sifat turunan atau pengaruh lingkungan. Dorongan dasar ini dikaitkan dengan pengaruh masyarakat, guru, orangtua, dan teman-teman sendiri. Biasanya dorongan dasar ini akan berpola sama pada setiap anak dan tidak dipengaruhi oleh faktor kematangan. Dorongan tersebut niscaya mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasmani dan untuk menciptakan program yang sesuai dengan sifat-sifat anak. Berikut ini akan dibahas secara selintas tentang dorongan-dorongan tersebut.
  • Dorongan untuk Bergerak
  • Dorongan untuk
  • Dorongan untuk mendapatkan pengakuan teman dan masyarakat
  • Dorongan untuk bekerjasama dan bersaing
  • Dorongan untuk kebugaran fisik dan daya tarik
  • Dorongan untuk bertualang
  • g.    Dorongan untuk kepuasan kreatif
  • h.    Dorongan untuk menikmati irama
  • i.    Dorongan untuk mengetahui

D.    Mode Orientasi Kurikulum dalam Pendidikan Jasmani
Persoalan konflik antar makna pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga perlu diselesaikan. Keduanya tidak perlu dipertentangkan. Yang berbeda adalah dalam hal pemahaman. Keduanya sebenarnya mengandung fungsi mendidik. Penyelenggaraan pendidikan jasmani bisa berbeda karena berbeda dalam rancangan kurikulumnya. Di negara maju, pendidikan jasmani dilaksanakan dengan berorientasi pada model-model kurikulum yang berlaku. Model kurikulum inilah yang menentukan perbedaan tekanan terhadap program yang dilaksanakan, apakah berorientasi pada peningkatan kesegaran jasmani atau keterampilan gerak, misalnya. Untuk memperjelas perbedaannya, mari kita simak model kurikulum sebagai berikut :
-    pendidikan gerak (movement education)
-    pendidikan olahraga (sport education)
-    pendidikan petualangan (adventure education)
-    pendidikan perkembangan (developmental education)
-    pendidikan kebugaran (fitness education)
-    pendidikan disiplin keilmuan olahraga (kinesiological studies)
Pendidikan Gerak
Pendidikan gerak (movement education) menekankan pendidikan lewat gerak yang mula-mula dikem- bangkan oleh Rudolph Laban di Inggris. Laban mengembangkan konsep-konsep gerak yang berkaitan dengan ruang dan waktu sebagai bahan untuk pengembangan gerak-gerak tari. Aliran Laban akhirnya dibawa ke Amerika Serikat dan diadopsi sebagai program pendidikan jasmani.
Lewat pendidikan gerak, keterampilan gerak anak dikembangkan melalui pelaksanaan yang bervariasi, dikaitkan dengan ruang, waktu, arah serta tingkat ketinggian di mana gerakan dilakukan. Di sini tidak ada istilah benar atau salah. Anak-anak akan lebih menguasai pergerakan tubuhnya disertai pengertiannya. Dengan demikian diharapkan siswa menguasai tubuhnya dan mampu mengembangkan kapasitas fisik dan mentalnya untuk belajar, baik keterampilan fisik maupun keterampilan akademis. Model ini cocok dikembangkan di SD.

Pendidikan olahraga
Ada kesalahpahaman bahwa pendidikan jasmani sama dengan pendidikan olahraga. Keduanya berbeda, pendidikan jasmani lebih menekankan pada pengembangan keterampilan motorik dasar dan memperkaya perbendaharaan gerak. Pendidikan olahraga menekankan pada pembinaan keterampilan berolahraga dan menghayati nilai-nilai yang diperoleh dari kegiatan berlatih dan bertanding. Semua anak dibekali pengalaman nyata untuk berperan dalam pembinaan olahraga, seperti wasit, atlet, atau pelatih. Dalam arti itulah pendidikan olahraga di Amerika Serikat, misalnya, menyandang misi kependidikan yang lengkap.
Jika program penjas di Indonesia masih berwarna pendidikan olahraga seperti sekarang ini, maka kecenderungan ini hanyalah masalah orientasi model kurikulum yang dianut seperti maksud di atas. Sayangnya kecenderungan di Indonesia, penggunaan model ini tidak menyebabkan anak dibekali dengan pengalaman berolahraga yang sebenarnya, karena programnya amat terbatas.
Pendidikan perkembangan
Model pendidikan perkembangan memfokuskan tujuan pendidikannya pada aktualisasi diri, yang menekankan pertumbuhan pribadi dari setiap anak. Kurikulumnya dikembangkan berdasarkan tingkat perkembangan anak, yang berusaha menyeimbangkan penekanan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Pendidikan petualangan
Pendidikan petualangan (Adventure education) dikembangkan atas dasar kebutuhan untuk mengatasi tekanan-tekanan hidup yang semakin berat. Programnya berisi kegiatan yang menantang di alam bebas dan disesuaikan dengan kebutuhan para remaja untuk bertualang mengatasi resiko dan perjuangan melawan tantangan alam. Mendaki gunung, menyusuri sungai, berkemah, memanjat tebing, dan variasi lain di alam terbuka merupakan contoh program pendidikan petualangan.
Pendidikan kebugaran
Sekolah memang bisa menekankan orientasinya pada pengembangan kebugaran murid-muridnya. Program pendidikan jasmani seperti itu mengarahkan anak supaya aktif berlatih di sekolah dan di luar sekolah untuk hidup sehat dan memiliki kemampuan fisik yang baik. Pelaksanaan senam kebugaran jasmani (SKJ) merupakan contoh dari program pendidikan kebugaran. Persoalannya adalah mungkin frekuensi dan isi latihannya perlu ditingkatkan, karena hanya bersandar pada SKJ yang ada sekarang ini, unsur kekuatan, kelentukan, serta power anak tidak akan berkembang maksimal.

Kinesiological Studies
Model studi kinesiologi pada hakikatnya hampir sama dengan model pendidikan gerak dalam orientasi nilainya, tetapi menggunakan kegiatan gerak untuk mempelajari dasar-dasar disiplin gerak manusia (misalnya fisiologi latihan, biomekanika, dan kinesiologi). Karena itu, model inipun disebut juga sebagai pendidikan disiplin keilmuan olahraga.
Penekanan pembelajaran model ini adalah pada pengembangan keterampilan memecahkan masalah, khususnya dengan menggunakan kombinasi antara pembelajaran konsep dan prakteknya di lapangan. Tujuan utamanya adalah menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman kognitif tentang bagaimana dan mengapa suatu keterampilan gerak berlangsung demikian. Model ini didasari dua pendekatan yang khas dalam studi kinesiologi, yaitu pendekatan pertama, isi atau materi diatur dalam sebuah unit-unit kegiatan, dan konsep-konsep disiplin utama diintegrasikan dengan pengajaran keterampilan; pendekatan kedua, unit-unit kegiatan diatur di sekitar konsep-konsep khusus yang menjadi prioritas di atas pengajaran keterampilan.
Pemakaian model ini umumnya dipilih oleh guru-guru penjas di tingkat sekolah menengah. Meskipun banyak sekolah menengah telah memasukkan satu atau dua unit konsep dalam kurikulumnya, khusus dipadukan dengan sehat-bugar-jasmani, sedikit sekali sekolah yang hanya memakai model kinesiologi secara tunggal. Tetapi tidak ada salahnya model inipun sudah mulai diperkenalkan di SD dengan persoalan prinsip gerak yang disederhanakan.
E.     Arah Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Bagi Anak Luar Biasa
Pendidikan jasmani untuk siswa sekolah luar biasa dan siswa berkelainan telah menjadi prioritas dalam program pendidikan nasional kita. Ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menaruh perhatian yang lebih besar kepada para penyandang kelainan, bukan saja yang berada di lingkungan sekolah, tetapi yang berada di lingkungan pendidikan non-formal lainnya.
Pada kenyataannya, para siswa penyandang kelainan memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak. Seperti diakui oleh para ahli, justru pendidikan jasmani harus merupakan program utama dari program pendidikan luar biasa secara keseluruhan, karena menjadi dasar atau fimdasi bagi peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh anak-anak berkebutuhan khusus.
Guru pendidikan jasmani perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama dan bahkan lebih penting daripada tujuan-tujuan substantif pendidikan jasmani. Di samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap tinggi, guru perlu memiliki cara-cara yang kreatif dalam pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus menanamkan pada dirinya sendiri tujuan dan keinginan untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra diri positif, mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif, memahami dan menghargai kelebihan dan keterbatasan fisiknya, mengoreksi kondisi fisik khusus yang masih mungkin diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan, dan menjadikan anak-anaknya bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya.
BAB III
PENUTUP
SARAN
Keterampilan dalam berbagai cabang olahraga memiliki struktur tersendiri, lengkap dengan konsep dan prinsip yang mendasarinya, memahami konsep-konsep itu merupakan syarat untuk menguasai keterampilan yang dipelajari. Semakin terkuasai konsepnya, semakin mudah suatu keterampilan dikuasai.
Untuk mendukung tujuan tersebut pelajaran pendidikan jasmani harus mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami konsep dasar dari berbagai keterampilan yang dipelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Buscher, Craig A. (1994). Teaching Children Movement Concepts and Skills, Champaign, III. : Human Kinetics Publisher, Inc.,
Dauer, V., & Pangrazi, R. (1986). Dynamic Physical Education For Elementary School Children, (8th Ed.), New York: Macmillan
Freeman, William H. (2001). Physical Education and Sport in A Changing Society. (Sixth Ed.). Boston. Allyn and Bacon.
Gabbard, Carl., LeBlanc, Betty., and Lowy, Susan. (1994). Physical Education for Children: Building the Foundation, (2nd Ed.), New Jersey: Prentice Hall.
Graham, G. (1992). Teaching Children Physical Education, Becoming Master Teacher, Champaign, III. : Human Kinetics Publisher, Inc.,

Biomekanika dan Kinesiology, serta Hubungan gerakan kinematik, kinetik, linier, dan angular dengan sagittal, frontal dan tranverse plane

250px-human_anatomy_planessvgA. Pengertian Biomekanika dan Kinesiology
1. Biomekanika
adalah bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi. Biomekanika merupakan kombinasi anatara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Dalam biomekanika, prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, desain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran. Ilmu ini adalah sebuah penerapan dari hokum mekanik untuk mendeskripsikan gerakan manusia, juga sebuah ilmu yang mempelajari gaya yang bekerja dan dihasilkan pada tubuh manusia beserta efeknya pada lapisan, cairan ataupun material yang digunakan untuk keperluan diagnosis, perawatan dan penelitian.
Ilmu ini juga merupakan ilmu yang menggunakan prinsip-prinsip kerja mesin untuk memahami kerja mekanis tubuh dan bahwa eksistensi manusia ditentukan oleh kemampuan mobilitasnya yang diakibatkan oleh pemakaian gaya-gaya otot untuk menghasilkan gerakan.
perbedaan mengenai analisis gerakan pada manusia bisa dilihat pada gambar berikut:
Dari skema di atas bisa dilihat bahwa Bidang ilmu biomekanik terdiri dari dua macam gerakan, yaitu kinematik, dan kinetik.
a. Kinematik
Mempelajari gerakan baik mengenai perpindahannya, kecepatan dan percepatan, tanpa memperhatikan penyebab gerakan.
b. Kinetik
Berhubungan dengan kerja gaya-gaya pada benda dan akibat (hasil) kerja gaya-gaya tersebut.
Baik gerakan kinematik maupun kinetik dibedakan menjadi dua macam gerakan yaitu:
a. Gerakan linear
adalah gerakan lurus ataupun melengkung sepanjang jalur dimana seluruh titik pada tubuh manusia bergerak pada jarak dan waktu yang sama.
b. Gerakan angular
adalah gerakan disekitar titik yang sama sehingga daerah yang berbeda pada segmen tubuh yang sama tidak bergerak pada jarak dan waktu yang sama. Gerakan ini bekerja pada jalur imaginer yang disebut sumbu rotasi.
2. Kinesiologi
adalah ilmu tentang gerakan manusia. Kinesiology merupakan ilmu multi disiplin dalam pemeriksaan kesehatan physical, emosional, mental dan spiritual. Suatu cara diagnosis dengan tes uji tekan otot dan pemanfaatan getaran energi / gelombang electromagnet dalam tubuh.
Penemu kinesiology adalah Dr. George Good Heart D.C. ahli Chiropractor tahun 1964 di Amerika. Dalam kinesiology kemudian berkembang beberapa aliran yakni: Specialized kinesiology, Behavioural kinesiology, Educationak kinesiology, Bio kinesiology, Manual kinesiology, Transformational kinesiology, Clinical kinesiology
Adapun manfaat dari hasil kerja kinesiology yaitu:
a. Mengetahui keseluruhan kondisi kesehatan organ tubuh atau sistem organ dalam metabolisme suatu zat dalam tubuh.
b. Mengetahui kondisi imunitas/ kekebalan tubuh dan seluruh gangguan alergi yang dialami.
c. Mengetahui keseimbangan vitamin dan mineral dalam tubuh.
d.Mengetahui keseimbangan hormonal tubuh.
e. Mengetahui respon tubuh terhadap zat, obat bahkan makanan, sehingga diketahui zat/ obat/ makanan apa saja yang cocok untuk tubuh.
f. Dapat mengetahui gangguan mental dan emosional, stress dan depresi yang mengganggu kesehatan tubuh.
g. Mengetahui tingkat kesehatan tubuh, baik yang normal ataupun yang menderita suatu penyakit, akut maupun kronis.
h. Membantu ketepatan suatu diagnosa dan terapi kasus kesakitan serta respon tubuh (alergi/tidak atau cocok/tidak) terhadap suatu bahan/zat/obat.
B. Hubungan gerakan kinematik, kinetik, linier, dan angular dengan sagittal, frontal dan tranverse plane.
Note: Coronal Plane disebut juga Frontal Plane
  • Sagittal plane
Terminologi: Istilah ini berasal dari bahasa Latin Sagitta kata, yang berarti “panah”. Gambar anak panah menembus tubuh dan lewat dari depan (anterior) ke belakang (posterior) pada parabola lintasan akan menjadi salah satu cara untuk menunjukkan penurunan istilah..
Sagittal axis: . Sagital sumbu: sumbu sagital sumbu tegak lurus terhadap bidang sagital, yaitu sagital sumbu koronal terletak pada plane. ]
Coronal (atau frontal) axis: sumbu koronal sumbu tegak lurus terhadap bidang koronal, yaitu sumbu koronal terletak pada bidang sagital. Ekstensi dan fleksiadalah gerakan anggota badan di bidang sagital.
Jadi, Sagital Plane Yaitu bidang yg sejajar dengan bidang median. Bidang ini membelah tubuh menjadi belahan kiri dan kanan.
Contoh gerakan sagittal adalah flexi dan ekstensi, seperti mengangkat lengan tangan di depan, membengkokkan punggung ke depan dan ke belakang, mengangkat dan menurunkan kaki di depan, dan mengangkat jari kaki.
  • Frontal plane
Yaitu bidang yang tegak lurus pada bidang median dan sejajar dg sumbu panjang badan. Bidang ini membelah tubuh menjadi belahan anterior adan posterior atau muka dan belakang. Gerakan frontal plane dapat terjadi sekitar suatu sambungan ( sendi ). Karakteristik gerakan frontal plane di sambungan meliputi gerakan abduksi dan adduksi pada paha, jari dan tangan, gerakan fleksi pada kepala dan punggung, gerakan inverse dan eversi pada ka
  • Transverse plane
Yaitu bidang melintang yang tegak lurus pada sumbu panjang badan. Bidang ini membelah tubuh menjadi belahan atas dan bawah. Contoh gerakan transverse plane adalah pada sambungan ( sendi ) membujur di perputaran uas-ruas tulang belakang, bahu, dan sambungan pinggul serta pronation dan supination lengan bawah.
  • Hubungan gerakan kinematik, kinetik, linier, dan angular dengan sagittal, frontal dan tranverse plane
Biomekanika terdiri dari dua jenis gerakan yaitu, kinematik dan kinetik. Baik kinematik maupun kinetik terdiri dari dua jenis gerakan yaitu gerakan linear, yaitu gerakan lurus ataupun melengkung sepanjang jalur dimana seluruh titik pada tubuh manusia bergerak pada jarak dan waktu yang sama dan gerakan angular yaitu gerakan disekitar titik yang sama sehingga daerah yang berbeda pada segmen tubuh yang sama tidak bergerak pada jarak dan waktu yang sama.Gerakan ini bekerja pada jalur imaginer yang disebut sumbu rotasi. Sedangkan bidang yang membagi katerogi gerakan tubuh terdiri dari tiga bidang yaitu sagittal plane yang membelah tubuh menjadi bagian kanan dan kiri, frontal plane yang membelah tubuh menjadi bagian depan dan belakang serta transverse plan yang membelah tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Hubungan yang terjadi di sini adalah analisa kinematik maupun kinetik dibedakan berdasarkan alur gerakannya menjadi gerakan linier dan angular dimana wahana gerakan dalam tubuh untuk semua gerakan tersebut dibagi dengan suatu pengelompokan ke dalam sagittal plane, frontal plane dan transverse plane.
Tugas Biomekanik Nurjannah_Octavia_Devisar_I0306073

Sumber:
Copyright © 2008 Tabloid Sehat Developed by : Bali Web Design offers :Bali Tours

Interaksi Belajar Mengajar

A. Pengertian Interaksi Belajar Mengajar
Menurut Winarno Surakhmad Interaksi ialah: Istilah Yang Menggambarkan Hubungan Aktif Dua Arah Antara Pendidik Dengan Anak Didik”[1]
Menurut Abu Achmadi dan Shuyadi, 1985 : 47 Interaksi adalah suatu gambaran sehubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.

“Interaksi adalah saling mempengaruhi, hubungan timbal balik antara pihak tertentu misalnya antara guru dan murid”. [2]

Ada beberapa pengertian belajar secara makro maupun mikro, dilihat dalam arti luas ataupun arti khusus dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan, sebagai kegiatan Psiko Fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagai kegiatan terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Pengertian belajar menurut buku Departemen Agama RI ialah Cr seseorang yang dinyatakan dalam perilaku berarti bahwa hash belajar mengajar adalah selalu dinyatakan dalam perubahan tingkah laku.. baik berupa pengalaman teoritis maupun hasil latihan”.[3]

Menurut Gagne ada dua definisi belajar yaitu :
  1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;
  2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang di peroleh dari intuksi” [4]
Mulai masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan lingkungan, tetapi baru dalam bentuk “sensori-motor coordination”. Kemudian ia mulai belajar berbicara dengan menggunakan bahasa. Kesanggupan untuk menggunakan bahasa ini penting artinya untuk belajar.

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses mengajar pada anak-anak adalah sebagai berikut:
  • Anak mempunyai struktur meneral yang berbeda dengan orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menghayati dunia sekitarnya maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.
  • Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
  • Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu mulai suatu urutan tertentu, tapi jangka waktu untuk berlatih dari suatu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.
  • Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 Faktor, yaitu:
  1. Kemasakan
  2. Pengalaman.
  3. Interaksi sosial
  4. Equilibration ( proses dari ketiga faktor di atas di atas sama- sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental).
  • Ada 3 tahap perkembangan , yaitu :
  1. Berpikir secara intuitif = 4 tahun
  2. Beroperasi secara konkret = 7 tahun
  3. Beroperasi secara formal = 11 tahun.[5]
Perlu diketahui pula bahwa dalam perkembangan intelektual terjadi proses yang sederhana seperti melihat. menyentuh, menyebut nama benda dan sebagainya, dan adaptasi yaitu suatu rangkaian perubahan yang terjadi pada tiap individu sebagai hasil interaksi dengan dunia sekitarnya.

Definisi dari DeQueliy dan Gazali : mengajar adalah menemukan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Guru kurang memperhatikan bahwa diantara siswa ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua siswa di anggap sama kemampuannya dan kemajuannya, maka bahan pelajaran yang di berikan pun akan sama pula. Hal itu bertentangan dengan kenyataan.[6]

Alvin W. Howard, memberikan Definsi mengajar yang lebih lengkap. Pendapat alvin : “Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba penolong, membimbing seseorang untuk untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, Ideals ( cita-cita ), appreciations ( penghargaan ) dan knowledge.”[7]

A. Morrison D.Mc. Intyre memberikan Definisi mengajar adalah Aktivitas Propisional yang unik. Dalam mengajar dapat membuat kesimpulan-kesimpulan umum yang tidak berguna, keberasilan dan kejatuhannya samar-samar, dan sukar di ketahui juga berlangsungnya teknik belajar yang tidak tepat untuk di jelaswkan. Kemungkinan lain yang dapat diamati ialah memberikan model teori dan teknik assessment yang sesuai, dan banyak aspek mengajar yang dilukiskan dengan cara yang dibimbing oleh hal-hal yang praktis, pribadi guru banyak berbicara.[8]

Departemen Agama RI mengartikan mengajar itu adalah: “Mengajar adalah sebagai kegiatan interaksi antara guru dengan siswa untuk menambah atau mewariskan pengetahuan atau kecakapan, kebudayaan dan dapat pula diartikan sebagai kegiatan membimbing dan mengarahkan siswa untuk memperoleh pemahaman dan kemampuan memecahkan problem yang dihadapinya”[9]

Mengajar Merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang berat. Karena keberhasilan pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik pada seluruh siswa. O1eh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana. Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi keseluruhan Kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.[10]

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mengajar adalah “memberi Pelajaran”[11] “Teaching is the guidance of learning”, mengajar adalah bimbingan kepada anak didik dalam proses belajar.[12] Abdul Kadir Munsyi memberikan batasan pengertian mengajar adalah “memberikan ajaran-ajaran berupa ilmu pengetahuan kepada seorang atau beberapa orang, agar mereka dapat memiliki dan memahami ajaran-ajaran tersebut”.[13]

Jadi yang dimaksud dengan pengertian di atas adalah bahwa belajar mengajar adalah suatu kegiatan merubah tingkah laku seseorang. Sedangkan mengajar adalah suatu aktivitas guru dalam mengorganisasikan/mengatur lingkungan untuk membimbing siswa/anak didik, baik secara individu maupun kelompok dalam kegiatan belajar, disertai dengan penyampaian kebudayaan yang berupa pengetahuan dan pengalaman-pengalaman serta kecakapan kepada anak didik. 

B. Proses Interaksi Belajar Mengajar 
Didalam proses interaksi antara guru dan murid dalam ke belajar mengajar dibutuhkan sejumlah komponen-komponen atau unsur yang harus ada didalamnya, dimana komponen-komponen itu saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Dalam proses interaksi belajar mengajar, anak didik dipandang. bukan hanya sebagai objek pengajaran melainkan juga sebagai Oleh karena itu inti dan proses pengajaran tidak lain adalah ad aktifitas belajar siswa/anak didik dalam mencapai tujuan atau dengan perkataan lain bahwa dalam proses pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar yang menjadi persoalan terutama adalah adanya proses belajar mengajar anak yaitu proses dimana anak didik berubah tingkah lakunya melalui berbagai pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya.

Dalam proses interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan sejumlah komponen-komponen yang harus ada didalamnya, dimana komponen-komponen itu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Menurut Muhammad Ali (dalam proses belajar mengajar) keseluruhan komponen-komponen saling berinteraksi dan berhubungan, bersama diarahkan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu menganalisis sistem pengajaran kita harapkan kepada pertanyaan sebagai berikut:
  1. Tujuan apa yang hendak dicapai
  2. Bahan pelajaran apa yang dipelajari siswa agar dapat mencapai tujuan
  3. Metode mengajar apa yang efektif untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan
  4. Alat pengajaran apa yang relevan untuk membantu mencapai tujuan.
  5. Bagaimana melakukan evaluasi untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan